Selasa, 12 Mei 2015

Kisah Seorang Nenek Penjual Sapu Ijuk dan Lidi

Sapu Ijuk
Pak lagi bersiin apa. itu lantainya sudah bersih.... hehehe
Seorang teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu hari Minggu, saat dia dan keluarganya hendak pulang usai silaturahim bersama kerabat, mereka melewati Pasar Godean.

Ibu dan teman saya tergoda membeli ayam goreng di depan pasar untuk sajian makan malam. Kebetulan hari mulai gelap. Di samping warung ayam goreng tersebut ada seorang nenek berpakaian lusuh bak pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas, sambil merangkul tiga ikat sapu ijuk. Keadaannya terlihat payah, lemah, dan tak berdaya. Setelah membayar ayam goreng, ibu teman saya bermaksud memberi Rp. 1000,- (tahun 2004) karena iba dan menganggap nenek tadi pengemis. Saat menyodorkan lembaran uang tadi, tidak diduga si nenek malah menunduk kecewa dan menggeleng pelan. Sekali lagi diberi uang, sekali lagi nenek itu menolak.
Penjual ayam goreng yang kebetulan melihat kejadian itu kemudian menjelaskan bahwa nenek itu bukanlah pengemis, melainkan penjual sapu ijuk. Paham akan maksud keberadaan sang nenek yang sebenarnya, ibu teman saya akhirnya memutuskan membeli tiga sapunya yang berharga Rp. 1.500,- per ikat. Meskipun ijuknya jarang-jarang dan tidak bagus, ikatannya pun longgar.

Menerima uang Rp. 5.000,- si nenek tampak ngedumel sendiri. Ternyata dia tidak punya uang kembalian/
"Ambil saja uang kembaliannya,", kata ibu teman saya. Namun, si nenek ngotot untuk mencari ang kembalian Rp. 500,-. Dia lalu bangkit dan dengan susah payah menukar uang di warung terdekat.

Ibu teman saya terpaku melihat polah sang nenek. Sesampainya di mbol, ia masih terus berpikir, bagaimana mungkin di zaman sekarang masih ada orang yang begitu jujur, mandiri, dan mempunyai harga diri yang begitu tinggi.

Ngomong-ngomong, Anda pernah bertemu dengan orang yang serupa dengan nenek penjual sapu ini? Boleh dibagi ceritanya untuk kita semua :)

Kisah oleh Rizky Taufan, di Kudus, sebagaimana yang termuat di Majalah Intisari Agustus 2004.

"VOTE" dan "SHARE" agar memberi manfaat buat temen yang lain.

Senin, 11 Mei 2015

Membatik Tulis, Jangan Lupa Ijuk

Ijuk (duk, injuk) adalah serabut hitam dan keras pelindung pangkal pelepah daun enau atau aren (Arenga pinnata). Manfaat ijuk amat banyak, sebut saja sikat ijuk, sapu ijuk, tali atau tambang ijuk, kuas ijuk, atap (rumah, kandang, gazebo), lapisan penyaring ijuk  di dalam sumur resapan, hingga lapisan peresap air di bawah lapangan sepakbola. Tak hanya itu. Seutas ijuk sangat berarti pada proses membuat batik tulis. Tanpa seutas ijuk, pembatik bisa kerepotan. Mengapa?


Dalam proses membuat batik tulis, salah satu tahapan kerjanya yaitu nyanthingNyanthingatau mbatik, yakni menorehkan cairan malam (lilin batik) panas ke pola gambar di kain menggunakan alat bernama canthing atau canting.



Proses mbatik lebih dari satu tahap. Tahap pertama disebut nglowong atau ngrengrengi. Ini pekerjaan menorehkan malam di kerangka gambar motif utama batik. Itu sebabnya, dinamai nglowong, dari kata klowong atau ngrengrengi dari reng-rengan, yang maksudnya adalah kerangka. Pada tahap ini canting yang dipakai adalah canting klowong.

Tahap berikut, ketika pembatik mengisi ruang-ruang kosong di kerangka yang sudahdiklowong, dengan titik-titik atau garis-garis halus, disebut tahap ngiseni atau mengisi dengan isen-isen (isi motif). Untuk pekerjaan ini, pembatik menggunakan canting cecek(cecek=titik), jika akan mengisi ruang dengan motif isen titik-titik. Bisa juga pembatik menggunakan canting klowong, tergantung kebutuhan desain.

Canting cecek pun beragam bentuk. Ada cecek siji (berlubang satu, untuk menghasilkan titik tunggal sekali toreh), cecek loron (berlubang dua, untuk menghasilkan titik ganda sekali toreh di kain), cecek telon (berlubang tiga), cecek papat, juga ada cecek liman.

Tahap selanjutnya, jika ada bagian-bagian dari kain batik atau motif yang akan ditutup atau diblok (untuk membiarkan berwarna putih), istilah pembatik ditembok, maka penutupan menggunakan cairan malam menggunakan canting tembokan. Untuk bidang yang cukup luas, pembatik bisa juga menggunakan kuas.

Ketiga jenis canting tersebut mempunya diameter cucuk (saluran cairan malam) berbeda. Canting dengan diameter terkecil canting cecek. Lebih besar dari cecek, yaitu cantingklowong. Canting tembokan berdiameter paling besar. Diameter terbesar canting yaitu 1 mm (tembokan).


Karena kecilnya diameter cucuk canting dan tidak selamanya cairan malam stabil kekentalannya -- semakin lama dipanaskan makin kental bahkan bercampur dengan gentho(kotoran hitam yang mengendap di wajan) -- aliran malam di cucuk bisa tersumbat. Jika cucuk tersumbat maka tidak ada cairan malam panas bisa ditetes-torehkan ke kain yang sedang dibatik. Ini tentu mengganggu kelancaran kerja pembatik.

Mengatasi tersumbatnya aliran malam di cucuk, bisa dengan memanaskan cucuk. Namun, jika cucuk tetap tersumbat, biasanya akibat adanya kotoran, berupa gentho bercampur malam yang memadat. Tindakan yang harus dilakukan yaitu membersihkan lubang cucukdengan cara memasukkan seutas ijuk hingga ke pangkal cucuk. Utas ijuk didorong-tarik secara pelahan beberapa kali, hingga ijuk tak terhambat, kemudian bisa dilihat di bagian dalam nyamplung (wadah penampung cairan malam pada canting).

Pada proses memasukkan utas ijuk, tekanan harus perlahan, tidak dipaksakan, Jika dipaksakan, ijuk bisa patah. Jika patahnya terjadi di dalam cucuk, ini menyulitkan pembatik untuk mengambilnya. Akibatnya, cucuk akan tersumbat ijuk secara permanen.


Mengapa digunakan ijuk? Kenapa tidak kawat atau serabut kabel? Atau serabut kulit buah kelapa (sepet)?

Kawat atau serabut kabel tidak digunakan karena merupakan penghantar panas, sehingga bisa mencederai jari saat membersihkan cucuk. Sebab, membersihkan cucuk dari sumbatan hanya bisa dilakukan ketika canting dalam keadaan panas. Panas di canting akan merambat ke kabel/kawat. Selain itu, karena diameter cucuk berbeda-beda, diperlukan utas kawat/kabel dengan diameter berbeda pula. Tentu tak mudah menyediakannya.

Serabut kulit buah kelapa jarang digunakan untuk membersihkan cucuk tersumbat karena terlalu lentur, sehingga tidak bisa mendorong kotoran di dalam cucuk.

Ijuk menjadi pilihan paling efektif untuk pembersih cucuk dari sumbatan saat membatik karena sifatnya bukan penghantar panas, tidak terlalu lentur, cenderung kaku, lebih keras dari serabut sepet , tahan panas, ukuran diameter beragam dan sesuai dengan berbagai ukuran diameter cucuk canting. Ijuk juga mudah didapat. Jika di rumah tersedia sapu ijuk, pembatik tinggal mencabut beberapa utas yang sesuai dengan diameter lubang cucuk.

Itulah sebabnya di dekat seorang pembatik tulis yang sedang membatik selalu tersedia beberapa utas ijuk. Jika ijuk sampai terlupakan, maka pekerjaan membatik pun akan terhambat. Tampak sepele, bukan? Tapi…seutas ijuk penting artinya dalam membuat batik tulis. Sampai bertemu lagi di artikel batik berikutnya.


Sumber ://batikjolaweyogya.blogspot.com 
Sumber Foto : Dedi H Purwadi

Cara Menjernihkan Air dengan Metode Pengendapan & Penyaringan Dengan ijuk

Ijuk Untuk Saringan Dan Resapan Air




Air adalah sumber kehidupan. Tanpa air tidak akan ada makhluk yang bisa hidup di bumi ini. Pencemaran baik oleh limbah industri atau pun rumah tangga membuat sumber air bersih semakin sulit didapatkan. Dimana-mana yang ada adalah air yang kotor, keruh dan tak layak konsumsi.
Untuk masalah air yang kotor dan keruh kita bisa menggunakan metode pengendapan dan penyaringan. Berikut ini cara membuatnya:
Bahan dan alat yang dibutuhkan
Cara Membuat Alat Penjernih Air Untuk Menjernihkan Air
  • Air sumur/sungai
  • Batu kerikil sebagai bahan penyaring dan membantu aerasi oksigen.
  • Pasir untuk menahan endapan lumpur.
  • Arang sebagai penyerap partikel yang halus, penyerap bau dan warna yang terdapat di air.
  • Ijuk untuk menyaring partikel yang lolos dari lapisan sebelumnya dan meratakan air yang mengalir
  • Drum plastik/gentong/bak semen 200 lt
  • Gentong besar atau bak penampung dari semen
  • Pompa air Penyangga kayu (bila perlu)
  • Pipa bambu/Paralon atau selang plastik
  • Kran air
  • Kasa nyamuk dari plastik
  • Solasi paralon dan lem paralon.
Cara membuat alat penjernih air
Mempersiapkan bak penampung air.
Buatlah kran pada ketinggian 10 cm dari bagian dasar, untuk masing-masing drum/gentong. Kran disambung saluran paralon 30 cm yang diberi lubang dan dibungkus dengan kasa nyamuk. Saluran paralon tersebut terdapat pada bagian dalam drum/gentong.
Cucilah bahan-bahan penyaring seperti batu kerikil, arang, pasir dan ijuk hingga benar-benar bersih, dikeringkan. Susunlah bahan penyaring mulai dari bagian dasar keatas berturut-turut batu (15 cm); kerikil (10 cm); arang tempurung kelapa (15 cm); pasir halus (20 cm); ijuk (20 cm); pasir halus (15 cm); ijuk (15 cm).
Ingat, dalam penyusunannya harus rapat dan merata, jangan sampai ada rongga antar lapisan. Buat penyangga kayu berundak. Ketinggian undak pertama 50 cm dan udak kedua 170 cm (disesuaikan dengan ketinggian drum). Susun kedua drum/gentong secara bertingkat. Drum/gentong pertama diletakkan di undak pertama (untuk penyaring).
Setelah mengendap baru air dialirkan. Alirkan air dari drum/gentong pertama ke gentong kedua. Air yang keluar pertama, mula-mula keruh dan setelah beberapa saat akan jernih. Setelah jernih, baru ditampung ke drum/gentong kedua. Sebelum diminum air harus direbus atau sterilkan. Setelah beberapa lama (lebih kurang 3 bulan) air yang keluar tidak jernih lagi, berarti filter perlu diganti atau dicuci lagi.
Setelah mempersiapkan semua kebutuhan yang dibutuhkan, kami mulai merancang alat yang akan digunakan, menyiapkan air bersih dan menyiapkan air keruh yang akan dijernihkan.
Semoga informasi tentang cara menjernihkan air menggunakan metode pengendapan dan penyaringan diatas dapat bermanfaat.

Ijuk (Iyeth Bustami)


Ijuk (Iyeth Bustami)

Yang mana rambut bila bersanding ijuk
beras tak lah sama putih
yang mana padi ah... mana ilalang ah...
hampi tak dapat dibedakan
bualan dan kasih sayang

Kukira sirih akan bertemu pinang
suci kapur kau sajikan
mengapa getah dapat kau bawa
menjadi kaca beling berbisa
kaulah penyebabku luka

ho..haaaaa.......

Niatku mendulang hitam
tapi kau mendulang angin suaramu
yang berbisik-bisik sayang
yang berkata rindu kepadaku
ha... ha...

Kupinta hidup serumah
satu atap syah menikah kau tak mau
malah kau putus-putuskan tali kasih sayang kepadaku

Kau ku sangka bulan sayang
yang dapat ku genggam sayang
rupanya kau bintang nan jauh
tak mungkin dapat ku sentuh

Back to 2. 3. 4. 5.